Organisasi
Papua Merdeka (OPM) lahir atau dibentuk pada
tanggal 26 Juli 1965 di Kota Manokwari. Pembentukan OPM dilakukan sebagai upaya untuk memisahkan
Provinsi Papua Barat (pada era Orde Baru disebut Irian Jaya) dari pemerintah RI dan
NKRI serta menjadikannya sebagai negara yang merdeka. Lahirnya OPM ditandai dengan penyerangan
orang-orang suku Arfak terhadap barak pasukan Batalion 751 (Brawijaya). Latar
belakang yang mendorong munculnya OPM ketika itu, antara lain,
(sebagaimana yang dikeluhan orang-orang Arfak) tingginya jumlah pengangguran dan terjadinya
kekurangan pangan di kalangan suku Arfak.
Dari
Manokwari, gerakan OPM merembet ke hampir seluruh
daerah Kepala Burung. Tokoh pemimpin gerakan ini adalah Johan Ariks yang saat itu sudah
berumur 75 tahun. Adapun tokoh-tokoh pemimpin militernya adalah dua bersaudara,
Lodewijk Mandatjan dan Barends
Mandatjan, serta dua bersaudara, Ferry Awom dan Perminas Awom.
Inti
kekuatan tempur mereka adalah para bekas anggota PVK atau yang dikenal dengan
sebutan Batalion Papua. Ariks dan Mandatjan
bersaudara adalah tokoh-tokoh asli dari Pegunungan Arfak di Kabupaten Manokwari, sedangkan Awom bersaudara
adalah migran suku Biak yang banyak terdapat di Manokwari.
Sebelum melakukan pemberontakan bersenjata, Ariks adalah pemimpin partai politik
Persatuan Orang New
Guinea (PONG) yang berbasis di Manokwari serta terutama
beranggotakan orang-orang Arfak. Tujuan PONG adalah mencapai
kemerdekaan penuh bagi Papua Barat.
Sumber:http cdn1.spiegel.de |
Pemberontakan
OPM di daerah Kepala Burung dapat
dipadamkan oleh pasukan elite RPKAD (sekarang Kopassus). Namun, pada tanggal 1
Juli 1971, muncul proklamasi OPM yang kedua. Peristiwa ini
terjadi di Desa Waris, Kabupaten Jayapura, dekat perbatasan Papua Nugini. Pencetusnya juga
berasal dari angkatan bersenjata, tetapi bukan bekas tentara didikan Belanda, melainkan seorang bekas
bintara didikan Indonesia, Seth Jafet Rumkorem. Sebagaimana Ferry Awom yang memimpin OPM di daerah Kepala Burung, Rumkorem juga
berasal dari suku Biak. Ironisnya, Rumkorem merupakan
putra Lukas Rumkorem, seorang pejuang Merah Putih di Biak, yang pada bulan Oktober 1949
menandai berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM).
Seth Jafet Rumkorem semula menyambut
kedatangan pemerintah dan tentara Indonesia dengan tangan terbuka. Ia keluar
dari pekerjaannya sebagai pegawai di kantor KLM di Biak dan masuk TNI AD yang membawanya mengikuti
latihan militer di Cimahi, Jawa Barat, sebelum ditempatkan di Irian Jaya dengan pangkat letnan
satu bidang intelijen. Namun, kekecewaannya melihat berbagai pelanggaran hak
asasi manusia menjelang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
tahun 1969, mendorong ia untuk bergabung dengan para aktivis OPM dari daerah Jayapura. Sebelumnya ia sudah
membina hubungan dengan kelompok OPM pimpinan Herman Womsiwor, orang
sesukunya yang tinggal di Belanda. Atas dorongan Womsiwor,
pada 1 Juli 1971 ia membacakan teks proklamasi Republik Papua Barat dengan mengklaim sebagai
Presiden Republik Papua Barat dengan memilih pangkat
Brigadir Jenderal.
Sumber: i1.wp.com |
Setelah
proklamasi kedua OPM, masih muncul lagi pernyataan
atau proklamasi kemerdekaan dari beberapa tokoh di berbagai daerah Papua.
Proklamasi diserta dengan pengibaran bendera yang mereka jadikan simbol negara
yang akan mereka didirkan –– bendera itu kemudian dikenal dengan sebutan “Bintang Kejora”. Namun, di sisi lain
pemerintah RI (Orde Baru) juga tetap melakukan operasi penumpasan. Sejak
Februari 1975, tokoh-tokoh OPM berikut gerakan-gerakan
sempalannya ditangkap dan diadili.
Sebagaimana
RMS, gerakan OPM masih tetap muncul secara
seporadis. Sampai kemudian pemerintahan reformasi mengambil alih kepemimpinan
dari rezim Orde Baru, hingga kini OPM sesekali masih melakukan
penyerangan terhadap aparat keamanan serta melakukan pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua. Beberapa
orang dan negara asing diduga kuat turut menjadi simpatisan OPM serta secara terselubung
seringkali memberikan dukungan dan melakukan provokasi terhadap masyarakat
Papua untuk bergabung dengan OPM dan memisahkan diri dari NKRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar