Tampilkan postingan dengan label Tokoh Perdamaian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh Perdamaian. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Mei 2017

Mikhail Gorbachev, Reformis yang Membebaskan Dunia dari Cengkeraman Perang Dingin

Oleh Akhmad Zamroni

Sumber: piximus.net

Mikhail Gorbachev adalah tokoh besar dunia abad ke-20 yang fenomenal. Sulit mencari tokoh yang mampu menandingi reputasinya dalam hal membebaskan masyarakat dari penindasan dan otoritarianisme. Dari segi kuantitas dan cakupan masyarakat yang dapat dibebaskan dari penindasan, Gorbachev rasanya menjadi tokoh reformis dan kemanusiaan terdepan yang tidak bisa dikalahkan dalam abad ke-20.

Bermula dari negerinya, Uni Soviet, Gorbachev mampu menebarkan pengaruh hampir ke seluruh Eropa Timur untuk meruntuhkan komunisme yang menimbulkan kesulitan hidup selama puluhan tahun. Berkat program-program reformasi yang digerakkannya di Uni Soviet, sistem komunisme yang tidak adil dan kejam di Uni Soviet dan Eropa Timur mengalami kebangkrutan. Uni Soviet mengalami disintegrasi dan bubar serta kehidupan masyarakat di negeri Beruang Merah dan di Eropa Timur umumnya menjadi jauh lebih bebas dan manusiawi dibandingkan dengan sebelumnya.

Lahir di Stavropol, Rusia, pada 2 Maret 1931, Mikhail Sergeyevich Gorbachev berayahkan seorang tentara dan beribukan perempuan sederhana yang kurang terpelajar. Gorbachev menghabiskan masa kecilnya di pedesaan karena berasal dari keluarga petani yang hidup di desa. Gorbachev muda adalah seorang pekerja keras dan memiliki disiplin tinggi. Semasa remaja, ia bekerja di stasiun mesin traktor di Stavropol. Oleh karena kerajinan dan kedisiplinannya, ia menjadi teladan bagi banyak pekerja lain. Ia berhasil meraih penghargaan Ordo Merah berkat prestasi kerjanya yang bagus.

Menginjak dewasa, Gorbachev mempelajari ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Moskow dan mendalami ilmu pertanian di Institut Pertanian Stavropol. Gorby, demikian panggilan akrabnya, dikenal cerdas dan memiliki prestasi akademik yang bagus. Berangkat dari dunia pertanian dan pedesaan, ia menjadi figur terpelajar yang terdidik dalam ilmu hukum dan pertanian.


A.   Gagasan Alternatif
Belajar di Universitas Moskow memberikan pengalaman berharga bagi Gorby. Ia terimpresi dengan gagasan beberapa dosennya. Gorby menjadi terbuka mata dan pikirannya  perihal dunia intelektual yang lebih luas dan global.

Gorby mulai berefleksi dan berpersepsi secara berbeda. Sebelumnya, ia terkungkung dalam pemikiran yang sempit: melulu berkutat di sekitar Marxisme, Leninisme, dan komunisme. Namun, setelah mengenal pemikiran dosen-dosennya, ia mulai terbuka dengan pemikiran di luar Marxisme, Leninisme, dan komunisme. Ia kian merasakan terjadinya perubahan signifikan.

 Pada tahun 1953 Gorby mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Raisa Maximovna Titarenko. Dalam perjalanan hidup Gorby selanjutnya, ide-ide alternatif memberi banyak ilham dalam menekuni dunia pekerjaan setamat kuliah. Lulus cum laude pada tahun 1955, ia kemudian aktif di Liga Pemuda Komunis (Komsomol) dan beberapa perkumpulan politik. Lambat, tetapi pasti, ia menjadi figur yang siap menggebrak perpolitikan Negeri Tirai Besi.


B.   “Glasnost” dan “Perestroika”
Berpolitik di negara yang menganut sistem partai tunggal, yakni Partai Komunis Uni Soviet (Kommunisticheskaya Partiya Sovetskogo Soyuza), Gorby tak punya alternatif lain kecuali bergabung dengan partai yang otoriter tersebut. Sebagai politisi junior dan pendatang baru, ia tidak dapat menghindar dari tradisi “memulai dan merintis karier politik melalui partai Partai Komunis Uni Soviet” yang angker, misterius, dan tak ramah.

Pada tahun 1962, Gorby bergabung dengan Kommunisticheskaya Partiya Sovetskogo Soyuza. Berkarier kurang dari sepuluh tahun di partai ini, ia diangkat menjadi sekretaris partai (1970). Kariernya mulai menanjak dengan diangkat menjadi sekretaris komite sentral partai (1978). Pada tahun 1985 ia dinobatkan sebagai sekretaris jenderal partai setelah pemimpin tertinggi Partai Komunis sekaligus presiden Uni Soviet, Konstantin Chernenko, tutup usia.

Sumber: img.rt.com-carpenean.com

Pada tahun 1988 Gorby sukses mencapai puncak karier politiknya: ia terpilih menjadi presiden Uni Soviet. Ia melakukan reformasi besar-besaran terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Ia menggelorakan program reformasinya dengan gerakan yang populer disebut ‘glasnost’ dan ‘perestroika’. Glasnost  ia jalankan untuk memberlakukan keterbukaan dan kebebasan dalam bidang politik, adapun perestroika untuk menggerakkan pembangunan bidang ekonomi.

Gorbachev memperluas wewenang presiden, membatasi wewenang Partai Komunis Uni Soviet (yang sebelumnya sangat dominan), dan melakukan demokratisasi politik. Ia membuat terobosan besar dalam politik luar negeri: menarik mundur pasukan Uni Soviet dari pendudukannya yang ilegal di Afghanistan. Dengan luar biasa dan sangat mengejutkan masyarakat internasional, ia mengambil langkah untuk menjalin kerja sama dan menandatangani persetujuan pengendalian senjata (nuklir) dengan Amerika Serikat, rival dan musuh besar Uni Soviet.

Dalam bidang ekonomi, Gorby memperkenalkan sistem pasar yang lebih liberal (pasar bebas). Ia menggalakkan upaya pemberantasan korupsi dan menekan inefisiensi. Ia melakukan pemberdayaan sektot pertanian untuk menyokong program-program perbaikan bidang ekonomi.


C.   Mengakhiri Perang Dingin
Langkah-langkah diplomasi Gorby yang mengutamakan kompromi dan perdamaian mengembuskan pengaruh yang besar di dunia internasional. Dengan elegan, ramah, dan penuh senyum, ia mengunjungi dan menemui pemimpin AS dan beberapa negara Eropa Barat untuk memperbaiki hubungan diplomatik dan menjalin kerja sama untuk meningkatkan persahabatan dan perdamaian. Ketegangan dan kebekuan hubungan Uni Soviet dengan Amerika Serikat dan Eropa Barat pun segera mencair.

Berkat langkah-langkah dan kebijakan-kebijakannya yang moderat dan friendly,  hubungan Uni Soviet dan Amerika Serikat dan Eropa Barat berbalik menjadi bersahabat dan damai. Ketegangan dan pertentangan yang selama puluhan tahun mewarnai hubungan keduanya berangsur-angsur luruh menjadi persahabatan. Maka, Perang Dingin yang menghantui hubungan kedua blok serta menimbulkan kekhawatiran masyarakat internasional selama kurang lebih empat dasawarsa pun berakhir.

Hampir dalam segala hal, Gorby memang berbeda dengan para pemimpin Uni Soviet pada umumnya. Ia memiliki pandangan yang jauh lebih demokratis, memiliki sikap dan karakter yang moderat, serta mengutamakan persahabatan dan perdamaian. Pemimpin UnI Soviet sebelumnya umumnya berpikiran sempit, konservatif, radikal, konfrontatif, represif, dan otoriter.
Sumber: cdn.theatlantic.com-ivarfjeld.files.wordpress.com

Di dalam negeri, Gorby juga menunjukkan sikap kenegarawanan yang luar biasa. Ia memperlihatkan sikap egaliter dan demokratis terhadap rakyat Uni Soviet. Gorby memberi banyak kebebasan kepada rakyat Uni Soviet untuk menggunakan hak-hak demokrasinya.

Negara-negara Eropa Timur yang puluhan tahun menjadi korban politik ekspansionisme Uni Soviet, juga tidak luput dari perhatian dan sentuhan Gorby. Di negera-negera tetangga Uni Soviet ini, Gorby berusaha menjadi mediator bagi penghapusan otoritarianisme rezim komunis konservatif. Berkat prakarsanya ini, rakyat di negara-negara Eropa Timur akhirnya juga dapat menikmati iklim kehidupan yang lebih bebas dan demokratis.


D.   Anugerah Nobel Perdamaian
Beberapa tahun setelah gerakan pembaruan yang digelorakannya, nama Mikhail Sergeyevich Gorbachev menjadi sangat populer di seluruh dunia. Masyarakat dunia dan lembaga-lembaga internasional merespons sosok Gorbachev berikut gerakan pembaruannya dengan apresiasi tinggi. Mereka melihat Gorby sebagai seorang tokoh yang gagasan-gagasan dan prakarsa-prakarsanya mampu mengubah wajah dunia (lenyapnya Perang Dingin) serta menciptakan perdamaian internasional.

Keberanian Gorby untuk meninggalkan gaya kepemimpinan komunis yang tertutup dan otoriter serta melakukan serangkaian reformasi (melalui glasnost dan perestroika) tidak hanya membawa perubahan positif di dalam negeri Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur, melainkan juga di sebagian besar belahan dunia. Rakyat Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur terbebas dari belenggu otoritarianisme komunis. Adapun keputusannya untuk berdamai dengan AS dan Blok Barat telah mengakhiri Perang Dingin yang menghindarkan dunia dari ancaman perang nuklir yang mengerikan dan dapat membuat dunia mengalami “kiamat”.

Untuk menghargai jasa-jasa Gorbachev, banyak lembaga internasional menganugerahkan penghargaan kepadanya. Akademi Swedia menobatkannya sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1990; sebuah penghargaan paling prestisius di dunia. Penghargaan internasional lain yang diraih pria yang murah senyum ini, antara lain, Indira Gandhi Award (1988), Memorial Medal of Sorbonne (1989), Albert Einstein Award for Contribution to Peace and Mutual Understanding Among Peoples (1990), Franklin D. Roosevelt Liberty Medal (1990), Gold Medal of Thessaloniki (1993), International Statesman Award (1993), Grand Cross of Freedom (1995), National Liberty Award for Effort Against Oppression (1998), Grand Cross Special Class of the Order of Merit (1999), dan Induction into the International Academy of Achievement (2000). 

Senin, 01 Mei 2017

Nelson Mandela (1918–2013), Penentang dan Penghapus Apartheid

Oleh Akhmad Zamroni

Sumber: cdn.history.com
Nelson Rolihlahla Mandela lahir di Mvezo, Afrika Selatan, pada tanggal 18 Juli 1918. Masa kecilnya dihabiskan di Thembu. Ayahnya, Henry Mandela, adalah kepala suku Thembu. Mandela wafat di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 5 Desember 2013 dalam usia 95 tahun.
Mandela adalah orang pertama dari keluarganya yang mengikuti pendidikan sekolah. Terkait dengan hal ini, Mandela menyatakan, “Tak satu pun di keluargaku yang pernah bersekolah .... Pada hari pertama sekolah, guruku, Miss Mdingane, memberikan nama Inggris kepada setiap murid. Ini adalah kebiasaan orang Afrika waktu itu dan tentunya dikarenakan pengaruh Britania pada pendidikan kami. Hari itu, Miss Mdingane memberitahuku bahwa nama baruku adalah Nelson. Aku tidak tahu mengapa ia memilih nama itu.”
Pada usia 16 tahun, Mandela masuk Clarkebury Boarding Institute untuk belajar kebudayaan Barat. Pada tahun 1934, ia mempelajari hukum di Fort Hare University. Setelah pindah ke Johannesburg, ia mengambil kuliah di University of South Africa. Seusai menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1942, ia kembali mempelajari ilmu hukum di University of Witwatersrand.
Selama hidupnya, Mandela menjalani tiga kali pernikahan. Pertama, ia menikahi Evelyn Ntoko Mase; dan setelah bertahan selama 13 tahun, bercerai pada 1957. Pernikahan keduanya, dengan Winnie Mandikizela, yang sempat bertahan selama 38 tahun, juga berakhir dengan perceraian (tahun 1996). Pada ulang tahunnya yang ke-80 (1998), Mandela menikah dengan Graca Machel, janda mantan Presiden Mozambik, Samora Machel.

A.   Aktif Menentang Apartheid
Semenjak muda, Mandela dikenal sebagai pribadi yang kritis. Ia sensitif terhadap segala bentuk ketidakadilan. Pada tahun 1940, saat kuliah di Fort Hare University, ia sudah melakukan demonstrasi untuk menentang kebijakan universitas yang  ia anggap tidak adil sehingga ia dikeluarkan dari kampus.
Memasuki usia 20-an tahun, Mandela mulai aktif dalam gerakan sosial dan politik. Ia bergabung dengan African National Congress (ANC), sebuah organisasi gerakan nasionalis multirasial yang mengusung misi mengubah kondisi sosial dan politik di Afrika Selatan. Ia juga turut mendirikan Liga Pemuda ANC (1944).
Mandela mulai berberak melakukan perlawanan seiring makin memanasnya suhu sosial dan politik di Afrika Selatan pada akhir 1940-an. Ia mendapat motivasi dan semangat untuk melawan saat rezim pemerintah kulit putih Afrika Selatan memberlakukan politik apartheid pada tahun 1948. Kelompok masyarakat kulit putih yang hampir sepenuhnya mendomiasi pemerintahan Afrika Selatan, melalui apartheid mengklaim diri sebagai golongan unggul yang harus mendapat perlakuan istimewa serta mengenyampingkan masyarakat kulit berwarna –– terutama kulit hitam –– sebagai kelompok rendahan yang hak-haknya tidak perlu diperhatikan.

Sumber: USA Today
Semenjak apartheid diberlakukan rezim kulit putih, masyarakat kulit berwarna –– terutama kulit hitam yang merupakan mayoritas di Afrika Selatan –– hidup dalam penindasan dan dibayang-bayangi kekerasan. Kebijakan apartheid menyebabkan hak-hak masyarakat kulit berwarna sebagai manusia dan warga negara tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Mereka, antara lain, dilarang untuk menggunakan hak pilih, dilarang tinggal di kawasan masyarakat kulit putih, serta tak diberi akses untuk mengikuti pendidikan tinggi dan memperoleh pekerjaan yang layak.
Apartheid yang menimbulkan ketimpangan, ketidakadilan, dan penindasan melecut Mandela untuk meningkatkan militansi gerakannya. Seusai diangkat menjadi salah satu wakil ketua ANC (tahun 1952), ia berupaya keras mengubah kebijakan ANC menjadi lebih militan. Hal ini menyebabkannya dituduh sebagai seorang pengkhianat, tetapi kemudian dinyatakan tidak bersalah (1959).
B.    Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup
Aparat rezim pemerintahan kulit putih melakukan pembantaian terhadap demonstran di Sharpeville (1960). Pembantaian ini menyebabkan 69 warga kulit hitam meninggal dunia. Kebrutalan dan kekejaman rezim pemerintah kulit putih ini makin memicu tekad dan keberanian Mandela untuk melakukan perlawanan terhadap apartheid.

Mandela mulai bersikap konfrontatif terhadap rezim kulit putih. Sekitar setahun setelah peristiwa kekejaman di Sharpeville, ia memprakarsai pembentukan Umkhonto we Sizwe (1961), laskar perlawanan di bawah ANC. Umkhonto we Sizwe dipersiapkan untuk melakukan perlawanan fisik dan bersenjata terhadap rezim kulit putih.

Untuk meningkatkan kemampuan militer dan tempurnya, Mandela mengikuti pelatihan militer di Aljazair. Pada tahun 1962 ia kembali ke tanah airnya untuk melanjutkan perlawanan konfrontatifnya terhadap pemerintahan kulit putih. Akan tetapi, beberapa saat setiba di Afrika Selatan, Mandela ditahan dan diadili rezim pemerintahan kulit putih. Ia divonis hukuman penjara lima tahun dengan sangkaan meninggalkan Afrika Selatan secara tidak sah.

Belum lagi masa hukumannya berakhir, Mandela kembali diajukan ke pengadilan bersama para koleganya. Pada tahun 1964, melalui pengadilan rezim kulit putih yang tidak independen, Mandela dinyatakan bersalah dan divonis dengan hukuman penjara seumur hidup. Ia dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan.

C.   Rekonsiliasi
Kendati dipenjara, semangat dan tekad Mandela untuk melawan apartheid  tidak surut. Dari balik jeruji penjara, ia tak berhenti mengobarkan spirit perlawanan terhadap apartheid. Kolega seperjuangannya serta para pengikutnya di luar penjara melakukan ikhtiar perlawanan melalui berbagai cara. Masyarakat internasional juga turut memberi dukungan pada Mandela.

Perlawanan luar biasa Mandela bersama masyarakat kulit hitam Afrika Selatan serta tekanan internasional yang bertubi-tubi akhirnya membuat rezim pemerintahan kulit putih menyerah. Presiden Afrika Selatan, F.W. de Klerk, pada 11 Februari 1990 memerintahkan pembebasan Mandela tanpa syarat. Kebijakan apartheid dinyatakan dicabut dari bumi Afrika Selatan, bersamaan dengan persiapan penyelenggaraan pemilihan umum. Melalui pemilu yang digelar tahun 1994, Mandela dinyatakan keluar sebagai pemenang dan terpilih menjadi presiden Afrika Selatan. Ia menjadi presiden kulit hitam pertama dalam sejarah Afrika Selatan.

Setelah sukses melenyapkan apartheid dan menjadi orang nomor satu Afrika Selatan, Mandela merangkul semua komponen bangsa Afrika Selatan untuk melakukan rekonsiliasai (rujuk nasional), menggalang persatuan, dan bersama membangun kembali Afrika Selatan. Untuk jasa-jasanya yang besar dan luar biasa, Mandela dinobatkan sebagai tokoh besar yang fenomenal oleh masyarakat internasional. Pada tahun 1993, Mandela bersama F.W. de Klerk dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian atas jasa-jasanya yang besar dalam penghapusan apartheid dan penciptaan perdamaian di Afrika Selatan.