Senin, 01 Mei 2017

Manusia sebagai Makhluk Sosial

Oleh Akhmad Zamroni


Sumber: Koleksi Zamroni

Apakah Anda selama ini terus-menerus hidup menyendiri dalam memenuhi semua kebutuhan hidup Anda yang banyak dan bermacam-macam? Benarkah Anda mampu hidup normal tanpa kehadiran orang lain? Sepengetahuan Anda, adakah manusia yang mampu hidup dan eksis dengan terus-menerus dalam kesendirian yang total, sama sekali tanpa berhubungan dengan sesamanya?  Tentu saja ‘tidak’, bukan?
Di lingkungan terkecil saja, yakni keluarga, akan tampak jelas bahwa Anda, dan juga orang lain, senantiasa hidup dengan bantuan orang lain. Di lingkungan keluarga, untuk membiayai sekolah dan hidup sehari-hari, Anda masih membutuhkan bantuan orang tua. Untuk menuntut ilmu di sekolah dan bergaul di kampung, Anda juga memerlukan bantuan guru serta kehadiran teman dan warga masyarakat di sekitar Anda. Teman-teman Anda dan orang lain yang jauh sudah lebih dewasa dan lebih mapan dari segi ekonomi pun tetap saja memerlukan kehadiran dan bantuan orang lain.
Sulitnya Anda lepas dari kehadiran dan bantuan orang lain menunjukkan bahwa Anda dan semua orang lain di sekitar Anda merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, Anda membutuhkan orang lain, dan sebaliknya, orang lain pun membutuhkan Anda. Beberapa ciri yang kemudian dapat dikenali terkait dengan keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, antara lain, bahwa manusia: (a) tidak dapat hidup sendiri, (b) membutuhkan kehadiran dan bantuan orang lain, serta (c) perlu melakukan hubungan/kontak dan kerja sama dengan sesamanya.
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki naluri yang disebut gregariousness, yakni naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama-sama. Pada manusia, naluri gregariousness muncul sebagai pembawaan kodrati yang tidak dapat dihilangkan. Menurut Elwood (dalam Purwito, 2007: 52–53), naluri gregariousness muncul karena adanya dorongan atau kebutuhan hidup yang perlu pemenuhan, yang lebih terperinci, antara lain, meliputi dorongan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, untuk mempertahankan diri dari ancaman dan bahaya, serta untuk menyalurkan kebutuhan biologis dan memperoleh keturunan. Ketiga dorongan atau kebutuhan ini selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
  • Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, manusia harus melakukan kerja sama dengan manusia lain dalam berbagai bentuk, seperti jual beli, kontrak, dan bekerja.
  • Untuk mempertahankan diri dari ancaman dan bahaya, manusia harus memiliki pertahanan diri dengan membentuk kekompakan dan kolektivitas dengan sesamnya.
  • Untuk menyalurkan kebutuhan biologis (terutama hasrat seksual) dan mendapatkan keturunan, manusia memerlukan pasangan (lawan jenis) untuk melakukan perkawinan (pernikahan).


Sementara itu, kebutuhan manusia sendiri, pada kenyataannya, tidak hanya mencakup ketiga hal di atas. Pada saat kehidupan manusia memasuki zaman modern seperti sekarang ini, kebutuhan manusia sudah sangat kompleks dan seringkali sulit didaftar secara terperinci. Untuk memenuhi semua atau sebagian besar kebutuhan tersebut, manusia je-las mutlak memerlukan kehadiran manusia lain. Kehadiran manusia atau orang lain diperlukan untuk menjalin kerja sama (dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya), membentuk kelompok (paguyuban, organisasi, partai politik, etnik, bangsa, negara, dan sebagainya), serta membuat sistem pertahanan dan keamanan (militer dan sebagainya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar