Minggu, 24 September 2017

Gerakan Separatis: Republik Maluku Selatan (RMS)

Oleh Akhmad Zamroni

Sumber: image.slidesharecdn.com

Gerakan Republik
Maluku Selatan (RMS) diprakarsai dan dipimpin oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur, Christian Robert Steven Soumokil. Bersama para pengikutnya, Soumokil memproklamasikan kemerdekaan RMS pada tanggal 25 April 1950. Untuk mendapatkan dukungan dan pengikut, Soumokil, antara lain, menghasut para kepala desa (rajapati) untuk menyetujui pembentukan RMS melalui rapat umum yang diadakan di Ambon pada tanggal 18 April 1950.
Gerakan RMS dilakukan sebagai upaya untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur. Pada saat itu Indonesia masih menganut bentuk negara serikat atau federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) merupakan salah satu negara bagian. Soumokil tidak menyetujui kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan (NKRI/Negara Kesatuan Republik Indonesia) serta menolak penggabungan daerah-daerah Negara Indonesia Timur ke dalam wilayah NKRI. Soumokil bersama para pengikutnya berusaha melepaskan wilayah Maluku Tengah dari Negara Indonesia Timur dengan mendirikan Republik Maluku Selatan.
Pemerintah pusat menganggap RMS sebagai gerakan pemberontakan sehingga merasa perlu untuk segera mengambil tindakan. Upaya pertama yang dilakukan adalah menempuh jalan damai. Namun, upaya ini gagal membuahkan hasil positif sehingga pemerintah kemudian memutuskan untuk melakukan penumpasan melalui operasi militer. Soumokil yang bersama para pengikutnya sempat menyingkir ke Pulau Seram untuk memimpin perlawanan bergerilya, akhirnya dapat ditangkap dan kemudian dijatuhi hukuman mati pada tanggal 12 April 1966.
Sumber: http 1.bp.blogspot.com
Walaupun pemimpin dan penggeraknya telah dieksekusi, gerakan RMS tidak dengan sendirinya ikut mati. Sepeninggal Soumokil, para pengikutnya yang lolos dari operasi militer pemerintah Indonesia, melarikan diri keluar negeri dan berusaha melanjutkan gerakan separatis dengan membentuk pemerintahan RMS di pengasingan (Belanda). Mereka yang memimpin gerakan RMS dari pengasingan, antara lain, Johan Alvarez Manusama, Frans Tutuhatunewa, dan John Wattilete.

Mereka terus melakukan aksi-aksi separatisnya hingga saat ini. Dari luar negeri mereka masih sering melakukan kegiatan propaganda dan upaya pengacauan di Maluku, terutama di Ambon dan sekitarnya. Kerusuhan sosial dan konflik agama yang pecah di Ambon dan sekitarnya pada tahun 1999–2004 diduga kuat merupakan hasil provokasi dan propaganda para elite dan anasir RMS di luar negeri. Kasus Ambon yang memakan banyak korban jiwa tersebut juga dimanfaatkan mereka untuk menggalang dukungan masyarakat Ambon dan Maluku bagi kelanjutan gerakan RMS walaupun upaya itu kenyataannya gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar