Oleh Akhmad Zamroni
Sumber: Koleksi Zamroni
Di mana-mana, setiap hari, manusia
disibukkan oleh berbagai urusan yang mengharuskan mereka untuk berhubungan
dengan sesamanya. Di rumah orang tua menasihati anak-anaknya untuk rajin
belajar atau anak meminta uang kepada orang tua untuk membeli buku. Di warung,
sambil menikmati sarapan dan kopi hangat, orang-orang membicarakan rencana
pemerintah menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak). Di pasar penjual dan pembeli terlibat
tawar-menawar harga. Di sekolah guru memberi tugas para siswanya untuk
melakukan diskusi. Di perusahaan para manajer bertukar pikiran untuk mencari
formula dalam meningkatkan produktivitas kerja. Di kantor pemerintah kepala
bagian menginstruksikan para bawahannya untuk meningkatkan disiplin. Di jalan
raya polisi memberi aba-aba kepada para pemakai jalan agar lalu lintas berjalan
lancar. Di lapangan hijau dua tim sepak bola bertanding untuk mencetak gol dan
saling mengalahkan. Di markas PBB para diplomat dari berbagai penjuru dunia
sibuk mencari solusi untuk menciptakan perdamaian internasional.
Begitulah kehidupan manusia, dari
dahulu hingga sekarang. Selama masih menyandang predikat makhluk sosial,
manusia akan senantiasa menjalin hubungan atau kontak dengan sesamanya. Manusia
normal tidak dapat dan tidak mungkin hidup sendiri. Untuk mempertahankan dan
melestarikan keberadaannya sekaligus melangsungkan kehidupan, manusia akan
senantiasa berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan sesamanya.
Sebagai bagian dari masyarakat, Anda
tentu sudah terbiasa atau, setidaknya, dapat menyaksikan, merasakan, dan
menangkap fenemona itu. Bagi setiap anggota masyarakat (terutama yang sudah
dewasa), fenomena kehidupan sosial seperti itu pasti sudah tidak asing lagi.
Berkomunikasi, bergaul, atau bekerja sama dengan sesama dalam berbagai
tingkatan –– dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks –– bahkan
sesungguhnya dilakukan oleh setiap anggota masyarakat, termasuk oleh mereka
yang masih tergolong kanak-kanak.
Mustahilnya manusia untuk hidup sendiri secara
penuh serta sulitnya mereka untuk tidak menjalin kontak dengan sesamanya sangat
jelas menunjukkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari sifat dasarnya sebagai
makhluk sosial serta sulit menghindar dari fenomena yang disebut interaksi.
Interaksi akan senantiasa mengiringi gerak kehidupan makhluk sosial yang
disebut manusia. Lalu, apa yang sebenarnya disebut interaksi? Bagaimana kaitan
antara interaksi dan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial? Apa
syarat-syarat bagi terjadinya interaksi? Apa dan bagaimana bentuk-bentuk
interaksi yang lazim terjadi dalam kehidupan manusia?
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki
kedudukan yang dapat dikatakan “khusus” atau “khas” dibandingkan dengan makhluk
hidup yang lain di muka bumi ini. Oleh karena pembawaan atau sifat-sifat tertentu
yang dimilikinya, manusia lazim disebut sebagai makhluk sosial. Nah,
kedudukan manusia sebagai makhluk sosial ini kiranya perlu mendapat pembahasan
terlebih dahulu sebelum kita lebih spesifik membahas dan mendalami persoalan
interaksi dan proses sosial kehidupan manusia. Pembahasan mengenai manusia
sebagai makhluk sosial akan sangat membantu kita dalam memahami berbagai
persoalan di sekitar interaksi dalam kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar