Sumber: cdn.history.com |
Nelson Rolihlahla Mandela lahir di Mvezo,
Afrika Selatan, pada tanggal 18 Juli 1918. Masa kecilnya dihabiskan di Thembu.
Ayahnya, Henry Mandela, adalah kepala suku Thembu. Mandela wafat di Johannesburg,
Afrika Selatan, pada 5 Desember 2013 dalam usia 95 tahun.
Mandela adalah orang pertama dari
keluarganya yang mengikuti pendidikan sekolah. Terkait dengan hal ini, Mandela
menyatakan, “Tak satu pun di keluargaku yang
pernah bersekolah .... Pada hari pertama sekolah, guruku, Miss Mdingane,
memberikan nama Inggris kepada setiap murid. Ini adalah kebiasaan orang Afrika
waktu itu dan tentunya dikarenakan pengaruh Britania pada pendidikan kami. Hari
itu, Miss Mdingane memberitahuku bahwa nama baruku adalah Nelson. Aku tidak
tahu mengapa ia memilih nama itu.”
Pada usia 16 tahun, Mandela masuk Clarkebury
Boarding Institute untuk belajar kebudayaan Barat. Pada tahun 1934, ia mempelajari
hukum di Fort Hare University. Setelah pindah ke Johannesburg, ia mengambil
kuliah di University of South Africa. Seusai menyelesaikan kuliahnya pada tahun
1942, ia kembali mempelajari ilmu hukum di University of Witwatersrand.
Selama hidupnya, Mandela menjalani tiga
kali pernikahan. Pertama, ia menikahi Evelyn Ntoko Mase; dan setelah bertahan
selama 13 tahun, bercerai pada 1957. Pernikahan keduanya, dengan Winnie
Mandikizela, yang sempat bertahan selama 38 tahun, juga berakhir dengan
perceraian (tahun 1996). Pada ulang tahunnya yang ke-80 (1998), Mandela menikah
dengan Graca Machel, janda mantan Presiden Mozambik, Samora Machel.
A. Aktif Menentang Apartheid
Semenjak muda, Mandela dikenal sebagai pribadi
yang kritis. Ia sensitif terhadap segala bentuk ketidakadilan. Pada tahun 1940,
saat kuliah di Fort Hare University, ia sudah melakukan demonstrasi untuk menentang
kebijakan universitas yang ia anggap
tidak adil sehingga ia dikeluarkan dari kampus.
Memasuki usia 20-an tahun, Mandela mulai
aktif dalam gerakan sosial dan politik. Ia bergabung dengan African National
Congress (ANC), sebuah organisasi gerakan nasionalis multirasial yang mengusung
misi mengubah kondisi sosial dan politik di Afrika Selatan. Ia juga turut
mendirikan Liga Pemuda ANC (1944).
Mandela mulai berberak melakukan
perlawanan seiring makin memanasnya suhu sosial dan politik di Afrika Selatan
pada akhir 1940-an. Ia mendapat motivasi dan semangat untuk melawan saat rezim
pemerintah kulit putih Afrika Selatan memberlakukan politik apartheid pada
tahun 1948. Kelompok masyarakat kulit putih yang hampir sepenuhnya mendomiasi
pemerintahan Afrika Selatan, melalui apartheid mengklaim diri sebagai golongan
unggul yang harus mendapat perlakuan istimewa serta mengenyampingkan masyarakat
kulit berwarna –– terutama kulit hitam –– sebagai kelompok rendahan yang
hak-haknya tidak perlu diperhatikan.
Sumber: USA Today |
Semenjak apartheid diberlakukan
rezim kulit putih, masyarakat kulit berwarna –– terutama kulit hitam yang
merupakan mayoritas di Afrika Selatan –– hidup dalam penindasan dan dibayang-bayangi
kekerasan. Kebijakan apartheid menyebabkan hak-hak masyarakat kulit
berwarna sebagai manusia dan warga negara tidak dapat dijalankan sebagaimana
mestinya. Mereka, antara lain, dilarang untuk menggunakan hak pilih, dilarang
tinggal di kawasan masyarakat kulit putih, serta tak diberi akses untuk mengikuti
pendidikan tinggi dan memperoleh pekerjaan yang layak.
Apartheid yang menimbulkan ketimpangan, ketidakadilan,
dan penindasan melecut Mandela untuk meningkatkan militansi gerakannya. Seusai diangkat
menjadi salah satu wakil ketua ANC (tahun 1952), ia berupaya keras mengubah
kebijakan ANC menjadi lebih militan. Hal ini menyebabkannya dituduh sebagai seorang
pengkhianat, tetapi kemudian dinyatakan tidak bersalah (1959).
B. Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup
Aparat
rezim pemerintahan kulit putih melakukan pembantaian terhadap demonstran di
Sharpeville (1960). Pembantaian ini menyebabkan 69 warga kulit hitam meninggal
dunia. Kebrutalan dan kekejaman rezim pemerintah kulit putih ini makin memicu tekad
dan keberanian Mandela untuk melakukan perlawanan terhadap apartheid.
Mandela
mulai bersikap konfrontatif terhadap rezim kulit putih. Sekitar setahun setelah
peristiwa kekejaman di Sharpeville, ia memprakarsai pembentukan Umkhonto we
Sizwe (1961), laskar perlawanan di bawah ANC. Umkhonto we Sizwe dipersiapkan
untuk melakukan perlawanan fisik dan bersenjata terhadap rezim kulit putih.
Untuk meningkatkan kemampuan militer dan
tempurnya, Mandela mengikuti pelatihan militer di Aljazair. Pada tahun 1962 ia
kembali ke tanah airnya untuk melanjutkan perlawanan konfrontatifnya terhadap pemerintahan
kulit putih. Akan tetapi, beberapa saat setiba di Afrika Selatan, Mandela
ditahan dan diadili rezim pemerintahan kulit putih. Ia divonis hukuman penjara lima
tahun dengan sangkaan meninggalkan Afrika Selatan secara tidak sah.
Belum lagi masa hukumannya berakhir, Mandela kembali
diajukan ke pengadilan bersama para koleganya. Pada tahun 1964, melalui pengadilan
rezim kulit putih yang tidak independen, Mandela dinyatakan bersalah dan divonis
dengan hukuman penjara seumur hidup. Ia dituduh melakukan sabotase dan
bersekongkol menggulingkan pemerintahan.
C. Rekonsiliasi
Kendati dipenjara, semangat dan tekad Mandela
untuk melawan apartheid tidak
surut. Dari balik jeruji penjara, ia tak berhenti mengobarkan spirit perlawanan
terhadap apartheid. Kolega seperjuangannya serta para pengikutnya di
luar penjara melakukan ikhtiar perlawanan melalui berbagai cara. Masyarakat internasional
juga turut memberi dukungan pada Mandela.
Perlawanan luar biasa Mandela bersama masyarakat
kulit hitam Afrika Selatan serta tekanan internasional yang bertubi-tubi akhirnya
membuat rezim pemerintahan kulit putih menyerah. Presiden Afrika Selatan, F.W.
de Klerk, pada 11 Februari 1990 memerintahkan pembebasan Mandela tanpa syarat.
Kebijakan apartheid dinyatakan dicabut dari bumi Afrika Selatan, bersamaan
dengan persiapan penyelenggaraan pemilihan umum. Melalui pemilu yang digelar
tahun 1994, Mandela dinyatakan keluar sebagai pemenang dan terpilih menjadi
presiden Afrika Selatan. Ia menjadi presiden kulit hitam pertama dalam sejarah
Afrika Selatan.
Setelah sukses melenyapkan apartheid dan menjadi orang nomor satu
Afrika Selatan, Mandela merangkul semua komponen bangsa Afrika Selatan untuk
melakukan rekonsiliasai (rujuk nasional), menggalang persatuan, dan bersama
membangun kembali Afrika Selatan. Untuk jasa-jasanya yang besar dan luar biasa,
Mandela dinobatkan sebagai tokoh besar yang fenomenal oleh masyarakat internasional.
Pada tahun 1993, Mandela bersama F.W. de Klerk dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian
atas jasa-jasanya yang besar dalam penghapusan apartheid dan penciptaan perdamaian di
Afrika Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar