Oleh Akhmad Zamroni
Nasionalisme (Sumber: assets-a2.kompasiana.com) |
Primordialisme dan etnosentrisme merupakan dua dari sekian banyak
potensi konflik yang dapat muncul akibat keberagaman suku, etnik, penganut
agama, golongan, dan sebagainya. Namun, khusus untuk etnosentrisme, apakah
paham ini selamanya menjadi potensi konflik yang membawa sifat negatif?
Ternyata tidak demikian. Selain memiliki sisi negatif, etnosentrisme juga dapat
mempunyai sisi positif. Dalam situasi dan kondisi tertentu, etnosentrisme dapat
meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Dengan kata lain, etnosentrisme
dapat “dimanipulasi” menjadi nasionalisme dan patriotisme.
Secara hierarkis, etnosentrisme tampaknya justru menjadi cikal
bakal lahirnya nasionalisme dan patriotisme. Jika dilihat cara dan urutan pembentukan
sifatnya, nasionalisme dan patriotisme boleh jadi merupakan pengembangan lebih
lanjut dari etnosentrisme. Bibit-bibit semangat kebangsaan dan cinta tanah air
dalam nasionalisme dan patriotisme, sadar atau tidak sadar, merupakan hasil
pengembangan dari sifat “menganggap diri lebih baik” yang terkandung dalam
etnosentrisme.
Sifat yang terdapat dalam etnosentrisme memang mirip dengan yang
ada dalam nasionalisme dan patriotisme. Ketiganya sama-sama cenderung bersifat
“bangga akan diri sendiri”. Namun, jika etnosentrisme cenderung berlebihan
sehingga menganggap rendah kelompok lain, nasionalisme dan patriotisme relatif
proporsional dan terkontrol sehingga lebih santun dan berbudaya.
Konon, tumbuh dan berkembangnya nasionalisme dan patriotisme
merupakan hasil akumulasi atau gabungan etnosentrisme yang bermunculan dari
kelompok-kelompok suku, ras, golongan, penganut agama, dan sebagainya yang ada
dalam sebuah negara. Dengan pola itu, etnosentrisme yang bermunculan mengerucut
menjadi nasionalisme dan patriotisme. Oleh karena itu, saat hubungan
antarkelompok menegang, etnosentrisme terpicu untuk menghadapi kelompok lain,
tetapi saat negara dalam keadaan bahaya, etnosentrisme dari berbagai kelompok
muncul membentuk kesatuan baru yang disebut nasionalisme dan patriotisme untuk
menghadapi musuh negara.
Hubungan semacam itu menunjukkan bahwa etnosentrisme dapat
dimanfaatkan untuk membangun nasionalisme dan patriotisme. Dan memang,
etnosentrisme sebaiknya diakomodasi menjadi nasionalisme dan patriotisme.
Namun, akomodasi dan pemanfaatannya harus dilakukan secara terkendali dan
berbudaya sehingga nasionalisme dan patriotisme yang terbentuk tidak menjelma
menjadi chauvinisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar