Oleh Akhmad Zamroni
Sumber: penulishidupku.com |
Awal tahun 2000-an menandai
terjadinya serangkaian teror peledakan bom di
Indonesia. Setelah serangkaian serangan ke WTC dan Pentagon (AS) pada 11
September 2001 yang menyebabkan jatuhnya ribuan korban jiwa pada tahun 2001,
setahun kemudian Indonesia mendapat serangan bom. Pada tanggal 12 Oktober 2002
malam hari, masyarakat Bali dikejutkan oleh tiga ledakan dahsyat yang berasal
dari tiga pengeboman di tiga tempat yang berbeda. Ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan
ledakan kedua di Sari Club (SC) – keduanya terletak di Jalan Legian, Kuta,
Bali. Adapun ledakan ketiga terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat.
Peristiwa tragis ini populer disebut sebagai Bom Bali I.
Dibandingkan dengan peledakan Bom Bali II (1 Oktober 2005), serangan Bom Bali I
jauh lebih dahsyat dengan jumlah korban jauh lebih banyak. Dalam peristiwa Bom
Bali I ini tercatat 202 orang meninggal dunia dan 209 orang lainnya luka-luka
(berat dan ringan). Para korban umumnya merupakan turis asing yang tengah
berkunjung ke Paddy's Pub dan Sari Club (SC). Sampai sejauh ini, Bom Bali I
merupakan peristiwa teror
pengeboman terbesar dan terparah dalam sejarah Indonesia modern.
Bulan Oktober menjadi bulan
tragedi bagi masyarakat Bali khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Pada tanggal 1 Oktober 2005,
pecah tiga pengeboman beruntun di Bali.
Pertama, terjadi di Kuta serta yang kedua dan ketiga terjadi di
Jimbaran. Peledakan tiga bom ini menyebabkan 23 orang meninggal dunia serta 196
orang lainnya mengalami luka-luka (berat dan ringan). Sejumlah 23 korban
meninggal terdiri atas 15 warga negara Indonesia, 1 warga negara
Jepang, 4 warga negara Australia, serta tiga
lainnya, menurut keterangan aparat keamanan, merupakan para pelaku pengeboman
(Muhammad Salik Firdaus, Misno alias Wisnu, dan Ayib Hidayat).
Pengeboman yang kemudian
populer dengan sebutan Bom Bali II ini terjadi di tiga lokasi yang terpisah,
yakni Kafe Nyoman, Kafe Menega, dan Restoran R. AJA’s (Kuta Square). Ansyaad Mbai, Kepala Desk
Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko
Polhukam), menyatakan bahwa bukti awal menunjukkan pengeboman ini dilakukan
oleh sedikitnya tiga orang pengebom bunuh diri. Model atau cara pengebomannya
mirip dengan pengeboman di Bali
pada tahun 2002. Dalam pada itu, Mick Keelty, Komisioner Polisi Federal Australia, menyatakan, jenis bom yang digunakan kelihatannya berbeda
dengan yang dipakai pada peledakan sebelumnya. Korban meninggal dan terluka
umumnya diakibatkan oleh "serpihan tajam" (shrapnel), dan bukan
ledakan kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar