Desa Sade di Lombok, NTB (Sumber: Travelling the World) |
Lombok
kini menjadi salah satu primadona pariwisata Indonesia. Berada di sebelah timur
Pulau Dewata (Bali), Lombok yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB), menjadi salah satu destinasi (tujuan) wisata yang kian populer dan
berkembang. Selain memiliki objek wisata alam berupa pantai, perairan,
kepulauan, perbukitan, dan pegunungan yang menawan, Lombok juga memiliki objek
wisata budaya berupa tradisi atau adat istiadat masyarakat.
Menikmati
wisata budaya di Lompbok dapat dilakukan sembari merasakan jenis sensasi wisata
lainnya. Di Pantai Tanjung Aan yang terletak di wilayah selatan Lombok,
misalnya, wisatawan dapat menyaksikan tradisi setempat yang disebut “Bau Nyale”.
Tradisi ini biasanya dilakukan pada setiap bulan Februari. Tradisi Bau Nyale
merupakan tradisi ritual mencari cacing laut yang dilakukan masyarakat lokal
terkait dengan kepercayaan reinkarnasi.
Di
Desa Sade, Lombok Tengah, wisatawan juga dapat menikmati budaya masyarakat
Lombok dalam bentuk yang lain. Di desa ini, Anda dapat menyaksikan rumah-rumah
tradisional masyarakat yang orisinal. Rumah-rumah itu berbentuk rumah panggung,
yang dibangun dengan menggunakan tiang kayu sebagai penyangga, memanfaatkan alang-alang
kering untuk atap, dan anyaman bambu sebagai dinding.
Desa
Sade dihuni oleh masyarakat suku Sasak. Sekitar 150 kepala keluarga orang Sasak
tinggal di sini. Mereka masih setia mempertahankan adat istiadat leluhur
sehingga dijadikan desa wisata oleh pemerintah setempat. Salah satu adat yang berlaku di desa ini
adalah perkawinan sesama sepupu dan tradisi kawin culik. Adat pernikahan ini melarang
adanya prosesi lamaran atau tunangan seperti lazimnya pernikahan di
tempat-tempat lain.
Oleh
karena tradisi perkawinan sesama sepupu, orang-orang asli Desa Sade relatif masih
dalam satu keturunan. Mata pencaharian mereka adalah membuat dan menjual kain
tenun, selain bertani. Mereka membuat kain tenun secara tradsional mulai dari
memintal kapas kering untuk dibuat benang hingga mewarnai benang itu dengan
bahan-bahan alami. Selain dapat membeli kain tenun yang sudah jadi, di desa ini
wisatawan juga dapat belajar membuat kain tenun dengan menggunakan alat-alat
tradisional.
(Diadaptasi dari https://travel.kompas.com, 22 Januari 2018, 15.26 WIB dan https://lifestyle.okezone.com, Senin 23 Januari
2017 15.29 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar