Oleh Akhmad Zamroni
|
Sumber: www.marketingjoss.com |
Menjadi
negosiator bisnis adalah pekerjaan yang membutuhkan kesabaran dan
ketepatan waktu dalam bertindak. Seorang negosiator dituntut untuk mengetaui
saat yang tepat untuk menunggu, menerima, mendengarkan, dan menekan mitra atau
lawan negosiasi. Teknik bernegosiasi bukan hanya dapat digunakan untuk menerima
dan menyudutkan, melainkan juga untuk melakukan bela diri ketika terdesak.
Negosiasi termasuk aktivitas yang unik.
Di dalamnya ada unsur sains, strategi, dan teknik. Teknik-teknik negosiasi akan
memperlihatkan kepada kita bagaimana cara menempuh jalan bekerja sama daripada melakukan
konfrontasi dan bersaing dengan mitra negosiasi untuk mendapatkan hasil yang
baik bagi kedua belah pihak (negosiator dan calon pembeli).
Negosiator dan perusahaan yang
diwakilinya pasti menghendaki proses negosiasi yang dilakukannya akan berjalan
efektif, efisien, dan menguntungkan. Namun, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan
beberapa persyaratan. Setidaknya ada tiga kemampuan yang harus dimiliki
negosiator agar negoisasi yang dilakukannya berjalan efektif, efisien, dan
menguntungkan. Tiga kemampuan tersebut adalah (1) berkomunikasi dengan calon
pembeli, (2) mengetahui kondisi fisik dan suasana hati calon pembeli, serta (3)
memulai dan memproses jalannya negosiasi dengan cara menciptakan hubungan yang serasi
dan akrab.
A. Kemampuan Berkomunikasi
Untuk menarik calon pembeli atau mitra
negosiasi, negosiator harus mampu melakukan komunikasi secara verbal dan
nonverbal dengan tepat. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan
dengan menggunakan bahasa (kata-kata dan kalimat) baik secara lisan maupun
tertulis. Melalui komunikasi verbal, negosiator harus mampu memberikan
penjelasan yang konkret dan meyakinkan sehingga calon pembeli atau mitra negosiasi
paham dan tertarik.
Sumber: www.selipan.com |
Adapun
komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media
nonbahasa (bukan kata-kata dan kalimat), melainkan menggunakan bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh yang dapat
diperlihatkan dalam komunikasi nonverbal, antara lain, senyuman, anggukan
kepala, gelengan kepala, gerakan tangan, ekspresi wajah, nada dan kecepatan
bicara, dan gerakan mata. Dalam melakukan komunikasi nonverbal ini, negosiator
mesti hati-hati dan selektif agar apa yang ia maksudkan (pesan yang
disampaikan) dapat ditangkap dan dipahami oleh mitra negosiasi serta tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
B. Kemampuan Mengetahui Kondisi Fisik dan Suasana
Hati
Ekspresi wajah dan penampilan tubuh
seseorang mencerminkan suasana hati dan kejiwaannya. Pada kesempatan pertama
bertemu dengan calon pembeli atau mitra negosiasi, negosiator harus paham dan tanggap
terhadap penampilan fisik mitra negosiasinya. Perhatikan dengan saksama, apakah
kondisi fisiknya tampak segar (fresh),
letih, atau tak bergairah. Perhatikan pula, tatapan matanya terlihat berbinar-binar
atau kosong.
Hal-hal yang terlihat pada fisik mitra
negosiasi menjadi “informasi” yang berharga bagi negosiator. Semua pertanda
yang muncul dari ekspresi wajah, tatapan mata, dan gestur (gerak-gerik tubuh)
mitra negosiasi menunjukkan suasana batin dan jiwanya; misalnya, penampilan
fisik yang tak bergairah dan tatapan mata yang kosong menunjukkan bahwa ia tengah
dirudung kekecewaan atau penyesalan sehingga menjadi cenderung pesimis. Maka,
semua itu menjadi petunjuk negosiator dalam menghadapi dan memperlakukan mitra
negosiasinya: jurus dan strategi apa yang harus dipilih untuk mempersuasi dan
menjinakkannya.
C.
Kemampuan Menciptakan Hubungan yang Harmonis dan
Akrab
Dengan mengetahui suasana hati dan
kejiwaan mitranya, negosiator dapat memulai kontak dengan tindakan dan
kata-kata yang lebih tepat. Kontak dapat dibuka dengan percakapan ringan dan
rileks seputar keadaan keluarga, kegemaran, dan liburan akhir pekan. Percakapan
ringan penting sebagai pendahuluan sebelum pembahasan masuk ke materi atau
permasalahan pokok.
Sumber: www.atlcounsel.com |
Siapa pun yang
dihadapi, percakapan ringan dan rileks dengan topik yang dekat dengan kehidupan
pribadi mitra negosiasi akan membuat tahap awal negosiasi berjalan cair dan
menyenangkan. Mitra akan merasa diperhatikan, dihargai, dan mendapat perlakuan
yang simpatik sehingga ia juga akan tertarik untuk melakukan hal yang sama
kepada mitra negosiasinya (negosiator). Jika hal itu terjadi, maka sudah dapat
dipastikan proses negosiasi akan berlangsung penuh persahabatan serta harmonis dan
akrab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar