Jumat, 27 Juni 2025

Sabar Gorky, Menaklukkan Banyak Gunung dengan Satu Kaki

 

Oleh Akhmad Zamroni 

 

L

azim terbayang di benak banyak orang bahwa mendaki gunung merupakan petualangan yang hanya dapat dilakukan oleh orang dengan anggota tubuh yang masih lengkap. Apalagi gunung-gunung tinggi, berkemiringan ekstrem, dan bersalju pula, barangkali nyaris tak masuk akal jika dapat ditaklukkan oleh orang dengan anggota tubuh yang tak utuh.


Sabar Gorky, tengah mengamati wall climbing yang akan digunakannya 
untuk menjalani latihan. (Foto: Akhmad Zamroni)


Namun, Sabar Gorky mampu membuktikan bahwa bayangan atau anggapan itu tidaklah benar. Hanya dengan satu kaki –- karena kaki kanannya diamputasi --- pria berusia 57 tahun ini mampu mendaki dan menaklukkan banyak gunung.

Sebagai difabel (tunadaksa), Sabar telah mendaki dan mencapai puncak gunung-gunung tinggi dengan tebing berkemiringan ekstrem tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di mancanegara. Belasan gunung dan tebing telah ia taklukkan.


Motivasi dari Sang Ibu

Menekuni dunia petualangan sejak SMA saat semua anggota tubuhnya masih lengkap, Sabar justru meraih sejumlah sukses besar setelah kehilangan salah satu kakinya. Amputasi pada kaki kanannya akibat kecelakaan kereta api di Stasiun Karawang tahun 1990, menyebabkannya sangat terpukul hingga membuatnya nyaris putus asa dan kehilangan semangat.

Namun, berkat motivasi dari almarhumah ibundanya, dobrakan kekuatan dari dalam hatinya, disertai dorongan dan “provokasi” dari para sahabatnya sesama petualang alam, tekat dan semangatnya bertualang bangkit lagi. Peran sang ibunda dalam menumbuhkan kembali tekat dan semangatnya, digambarkan Sabar sebagai yang paling besar dan menentukan dalam momen kebangkitan kembali dirinya.


Sabar Gorky, memasang peralatan keamanan untuk melakukan latihan 
di papan wall climbing(Foto: Akhmad Zamroni)


“Saat itu terasa kacau karena saya tidak tahu harus bagaimana dan berusaha apa,” katanya, mengenang masa sulit dan pahit itu. “Saya merasa berada di titik nol. Semua karena almarhumah ibu saya. Beliau yang paling memberi dukungan dari keluarga. Pesan ibu saat itu, ‘jalani saja hidup ini, nanti suatu saat ada jalannya sendiri’.”


Tiga Puncak Dunia

Hanya dengan kaki kiri dibantu tongkat penyangga, Sabar pun kembali giat berlatih untuk mengasah dan meningkatkan skill petualangannya --- yang sebelumnya sudah terbentuk. Sesudahnya, tak butuh waktu lama, ia meraih sederet pencapaian yang mengejutkan dan luar biasa.

Sabar sukses menaklukkan puncak gunung-gunung ternama. Lawu (tinggi sekitar 3.265 m di atas permukaan laut), Telomoyo (1.894 mdpl), Merapi (2.930 mdpl), Merbabu (3.145 mdpl), Sumbing (3.371 mdpl), Sindoro (3.153 mdpl), Semeru (3.676 mdpl), Gede-Pangrango (2.959 m), dan Rinjani (3.726 mdpl) adalah beberapa contoh gunung di Indonesia yang sudah ia taklukkan.


Sabar Gorky, menjalani latihan merayap dan memanjat di papan wall climbing
(Foto: Akhmad Zamroni)


Tiga dari Tujuh Puncak Dunia (Seven Summit) berhasil ia daki. Ia sukses menjejakkan kaki di puncak Elbrus (Rusia), yang merupakan gunung tertinggi di Eropa (5.642 mdpl); Kilimanjaro (Tanzania), sebagai gunung tertinggi di Afrika (5.895 mdpl); dan Cartenz Piramid (Indonesia), yang tertinggi di Asia Tenggara (4.884 mdpl). Aconcagua, Argentina (6.962 mdpl), berhasil ia daki, tetapi tidak sampai ke puncak karena terhalang oleh badai salju hebat.

Sabar juga berhasil menaklukkan banyak tebing curam terkenal di dalam negeri, seperti Parang (Purwokerto), Sukolilo (Pati), Karanglo (Karanganyar), Citatah (Bandung), dan Siung (Wonosari). Sebagai atlet petualang, ia melakukan susur Sungai Bengawan Solo sejauh ratusan kilometer hanya dengan menggunakan rakit –- dari Solo ke Gresik. Dalam tour bersepeda, ia berhasil menjelajahi rute Solo-Bali dan Solo-Tawangmangu yang medannya penuh tanjakan ekstrem.


Sabar Gorky (kanan, jaket biru), saat melakukan pendakian dan 
penaklukan Gunung Elbrus, Rusia(Foto: Dokumentasi Sabar Gorky)


Meskipun usianya sudah setengah abad lebih, pria Solo kelahiran 9 September 1968 ini tetap akan aktif dalam dunia petualangan alam, terutama pendakian gunung, panjat dinding, dan panjat tebing. Ia masih menyimpan mimpi untuk menaklukkan sejumlah gunung lagi, terutama empat gunung sisa dari Tujuh Puncak Dunia yang belum sempat ia tuntaskan --- yakni Aconcagua, Denali (Amerika Serikat), Vinson Massif (Antartika), dan Everest (Nepal-Tibet).

“Ya, saya masih akan terus berusaha untuk tetap aktif melakukan pendakian,” jawabnya, saat ditanya masa depan kegiatan pendakiannya. “Termasuk akan berusaha menaklukkan empat gunung dari Tujuh Puncak Dunia itu. Hanya saja, saya masih menunggu hadirnya sponsor untuk mendukung usaha saya.”


Inspiratif

Sebagai atlet difabel, Sabar memenangkan beberapa kejuaraan panjat dinding internasional khusus untuk atlet difabel. Ia menyabet medali emas dalam Kejuaraan Panjat Dinding Asia 2009 di Korea Selatan dan meraih peringkat keempat dalam Kejuaraan Panjat Dinding Dunia 2012 di Prancis.

Berkat serangkaian prestasinya yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, Sabar menerima beberapa penghargaan. Ia mendapat award sebagai Ikon Berprestasi dari Pemerintah Indonesia tahun 2017 serta penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid) tahun 2019. Sabar juga menerima Piagam MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai Penyandang Tunadaksa yang Mendaki Gunung di Tiga Benua (Elbrus, Eropa; Kilimanjaro, Afrika; dan Cartenz Pyramid, Asia).


Sabar Gorky, saat melakukan pendakian Gunung Aconcagua, Argentina
(Foto: Dokumentasi Sabar Gorky)


Sabar dikenal sebagai aktivis sosial yang peduli terhadap kaum difabel. Untuk mewadahi dan mengembangkan potensi atlet panjat dinding kaum difabel, ia mendirikan Federasi Panjat Tebing Difabel Indonesia (FPTDI) pada tahun 2009. Ia juga juga menjadi figur penting dalam pembentukan Indonesian Paraclimbing Club (INDPAC).

Keinginannya membantu sesama difabel didasari oleh niat untuk memberikan pengertian dan dorongan bahwa kaum difabel juga mampu dan memiliki hak untuk berprestasi. “Orang difabel dan orang normal sama-sama manusia, sama-sama memiliki hak. Saya ingin mengubah paradigma. Difabel punya harkat dan martabat, serta bisa berprestasi," katanya.

Dikenal luas sebagai petualang dan atlet difabel yang tangguh, pemberani, pantang menyerah, bersemangat tinggi, dan berprestasi, nama Sabar Gorky menginspirasi banyak orang di dalam dan luar negeri. Banyak kaum difabel yang tergerak untuk mengikuti jejaknya sebagai difabel yang berprestasi. Tidak sedikit orang-orang normal yang berdecak kagum serta terilhami oleh keberanian, ketangguhan, dan semangat pantang menyerahnya.


Hobi dan Ketenangan

Hobi Sabar pada petualangan alam tak terlepas dari obsesinya pada ketenangan dan kebesaran ciptaan Tuhan. Dekat dengan alam membuatnya merasa tenang dan damai, merasakan keagungan Tuhan dengan alam yang diciptakan-Nya, serta betapa nasib manusia sepenuhnya berada di tangan Tuhan.

“Setiap akan melakukan pendakian atau petualangan alam lainnya, saya selalu menyempatkan diri untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa,” ujarnya. “Semua hal dalam hidup ini, apalagi kegiatan penuh bahaya seperti yang saya lakukan ini, gagal dan berhasilnya ditentukan oleh kehendak Tuhan.”


Sabar Gorky, baginya, gagal atau berhasilnya petualangan yang ia lakukan 
ditentukan oleh kehendak Tuhan(Foto: Akhmad Zamroni)


Hasrat yang kuat untuk berdekatan dengan alam membuat hobi Sabar didominasi oleh aktivitas yang berhubungan dengan alam. Selain menekuni dunia panjat tebing, panjat dinding, dan pendakian gunung, ia juga gemar camping, traveling, arung jeram, susur sungai, kano, renang, menyelam, dan mancing.


Pelanggan JNE

Sabar yang kini tinggal di kawasan Jebres, Solo, bekerja secara serabutan sebagai petugas cleaning service, pembersih kaca gedung tinggi, pembuat wall climbing, dan perancang instalasi outbond sembari membuka warung makan kecil-kecilan. Kafe kopi yang pernah ia buka terpaksa ia tutup karena sepi pengunjung akibat terdampak pandemi Covid-19.

Sebagai petugas cleaning service, Sabar pernah dimintai jasanya untuk memperbaiki dan membersihkan saluran air di salah satu cabang JNE Solo. Untuk mengirimkan barang-barang keperluan pendakian gunung dan panjat tebing/dinding, Sabar ternyata juga sering menggunakan jasa pengiriman paket JNE.


Sabar Gorky, sangat berharap Pemerintah terketuk untuk memberikan bantuan kepada penyandang difabel yang berprestasi(Foto: Akhmad Zamroni)


Sejak pendemi Covid-19, Sabar merasakan kehidupan ekonominya cukup berat. Terutama kepada Pemerintah, ia sangat berharap bisa terketuk untuk memberikan bantuan kepada dirinya dan kalangan difabel lain yang berprestasi. Menurutnya, warga negara berprestasi berhak mendapatkan apresiasi yang tidak hanya sekadar kata-kata pujian di atas selembar kertas piagam dan trofi, melainkan juga, terutama, bantuan ekonomi.

“Ya, paling tidak Pemerintah memberikan pekerjaan tetap yang layak. Syukur-syukur bisa juga memberikan rumah secara cuma-cuma,” harap Sabar, yang saat ini masih tinggal di rumah kontrakan, menutup percakapan. 


#JNE

#ConnectingHappiness

#JNE34SatSet

#JNE34Tahun

#JNEContentCompetition2025

#JNEInspirasiTanpaBatas