Kamis, 15 Februari 2018

Mewaspadai Bahaya Metode Calistung dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh Akhmad Zamroni
Sumber: belajar123.com

       Kurang lebih dalam satu dasawarsa terakhir ini kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya PAUD (pendidikan anak usia dini) kian tinggi. Kecenderungan positif ini, antara lain, ditandai oleh besarnya antusiasme keluarga-keluarga muda untuk menyekolahkan putra-putri mereka yang masih berusia di bawah tujuh tahun ke lembaga pendidikan play group (PG) dan taman kanak-kanak (TK). Untuk memanfaatkan tingginya antusiasme ini, banyak dibuka institusi pendidikan anak usia dini (PG dan TK) baru oleh swasta dan pemerintah.
       Akan tetapi, kesadaran dan antusiasme tinggi akan pentingnya pendidikan anak usia dini yang dibarengi banyaknya pendirian institusi PAUD baru di berbagai pelosok daerah tidak diiringi dengan pemahaman yang holistik dan benar mengenai PAUD. Pandangan dan gambaran tentang PAUD di mata publik masih relatif sama dengan pandangan dan gambaran mereka terhadap pendidikan pada umumnya. Peran dan fungsi PAUD dipandang sama dengan peran dan fungsi pendidikan pada umumnya, terutama pendidikan dasar, yaitu sebagai institusi pendidikan untuk mengajarkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (calistung).
       Hal yang lebih ironis lagi, pandangan yang keliru tersebut tidak hanya tertanam pada para orang tua dan masyarakat awam, melainkan juga pada banyak sekali institusi dan pengajar (guru) PAUD serta birokrat bidang pendidikan terutama yang berada di tingkat bawah. Mereka umumnya berasumsi bahwa lembaga PAUD merupakan tempat pengajaran yang baik dan tepat untuk menanamkan kemampuan (kompetensi) anak dalam membaca, menulis, dan berhitung. Dengan anggapan umur 0–6 tahun merupakan usia emas (golden age), yakni saat otak anak berkembang sangat cepat dan tengah peka-pekanya menerima rangsangan, siswa PAUD, yang umumnya berusia 3–6 tahun, bahkan tidak jarang dipacu semaksimal mungkin oleh guru (dengan persetujuan dan dukungan orang tua) untuk secepat-cepatnya mampu menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
       Keinginan orang tua dan guru untuk melihat anak pandai membaca, menulis, dan berhitung dipengaruhi pula oleh kebanggaan dan kesuksesan semu. Banyak guru dan orang tua merasa bangga dan sukses manakala sebelum anak masuk SD, sudah pandai membaca, menulis, dan berhitung. Diperunyam lagi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar anak biasanya disyaratkan untuk lulus tes membaca, menulis, dan berhitung, banyak orang tua dan guru makin yakin bahwa tuntutan anak usia dini untuk mampu membaca, menulis, dan berhitung  memang tidak salah. Sebuah kesalahan lain yang menambah buruknya keadaan: tidak sedikit SD negeri maupun swasta, termasuk yang favorit dan mahal, dalam penerimaan siswa baru memberlakukan tes membaca, menulis, dan berhitung.
·          Menyalahi Fitrah
       Aspek penting dan mendasar dalam pendidikan anak usia dini ialah aktivitas belajar-mengajar dilakukan dengan tidak menekankan kegiatan pokok ‘belajar’, melainkan ‘bermain’. Proses belajar untuk anak-anak peserta PAUD harus dilakukan dengan ‘menyenangkan’. Bermain adalah kegiatan yang paling menyenangkan untuk anak-anak usia dini  sehingga bentuk implementasi pengajaran yang paling tepat untuk mereka adalah ‘bermain sambil belajar’, bukan sebaliknya.
       Krusialnya kegiatan bermain dalam pendidikan anak usia dini dilandasi oleh faktor perkembangan mental dan kejiwaan anak. Mental dan kejiwaan anak usia dini (berumur 0–6 tahun) masih berada pada tahap perkembangan awal yang sangat sensitif dan rapuh. Hal ini menyebabkan mereka secara naluriah menjadi suka bermain sehingga pembelajaran yang relevan dengan potensi mereka adalah yang memberi keleluasaan mereka untuk melakukan berbagai bentuk permainan, bukan menuntut mereka untuk mempelajari terori-teori yang memberatkan.
       Oleh sebab itu, mengajar dan mendidik anak usia dini dengan lebih menekankan dan mengutamakan kegiatan belajar di sisi satu serta mengabaikan kegiatan bermain di sisi lain bertentangan dengan perkembangan mental dan kejiwaan anak. Memacu anak-anak play group dan TK untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung (calistung) tidak hanya menyalahi fitrah, tetapi penuh risiko dan bahkan berbahaya. Hal ini dinilai para pakar pendidikan dan psikologi sebagai kesalahan yang dapat mengakibatkan anak mengalami gangguan potensi dan perilaku.
       Dengan kata lain, pengajaran membaca, menulis, dan berhitung untuk anak-anak usia dini (PAUD) akan menyesatkan. Metode atau model pembelajaran calistung untuk anak-anak PAUD merupakan bentuk “pemerkosaan” yang tidak kondusif bagi perkembangan mental dan jiwa anak. Mantan Direktur PAUD Ditjen PAUDNI Kemendikbud, Sudjarwo, menyatakan bahwa pengajaran membaca, menulis, dan berhitung untuk PAUD adalah berbahaya karena dapat menghambat perkembangan kecerdasan mental dan menyebabkan anak memiliki mental pemberontak (mental hectic).
·          Mengembalikan Fungsi PAUD
       Prof. Suyanto, mantan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, menyatakan, orang Indonesia umumnya miskin kreativitas karena otak kanannya mengalami kerusakan akibat ketika dalam usia dini mendapat pendidikan yang keliru (dipacu untuk mampu membaca, menulis, dan berhitung). Pendidikan dan pengajaran untuk anak usia dini sangat terkait dengan persoalan sumber daya manusia. Maraknya pengajaran membaca, menulis, dan berhitung di institusi PAUD jelas akan menghambat upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan kompetitif.
       Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa investasi terbesar pendidikan manusia berada pada usia dini, yakni 0–6 tahun. Usia dini adalah saat yang paling krusial menjadi sasaran pendidikan bagi pembentukan kompetensi. Pakar perkembangan dan perilaku anak, Brazelton, mengatakan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun awal kehidupannya sangat menentukan kompetensinya dalam menghadapi tantangan hidup serta menunjukkan semangat untuk belajar dan sukses dalam pekerjaannya.
       Oleh karena peran dan fungsinya yang penting untuk pembentukan kompetensi dan penciptaan SDM yang unggul, PAUD harus dijalankan dengan cara yang benar. Pengajaran membaca, menulis, dan berhitung di institusi-institusi PAUD harus diakhiri. Pendidikan anak usia dini wajib dikembalikan pada fungsi pokoknya sebagai pendidikan yang lebih menekankan dan mengutamakan kegiatan bermain dan bukan kegiatan belajar dengan moto bermain sambil belajar.